Pengertian Eritrosit
Sel darah merah merupakan suatu sel yang paling sederhana yang terdapat di dalam tubuh. Dalam istilah medis sel darah merah dikenal sebagai eritrosit. Eristrosit ini juga merupakan salah satu istilah yang berasal dari bahasa Yunani, yakni erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung darah.
Eritrosit merupakan bagian dari sel darah dengan jumlah terbanyak di dalam tubuh yang produksinya berbeda antara masa janin dengan masa sesudah kelahiran. Dalam beberapa minggu pertama kehidupan embrio, sel darah merah primitif yang berinti di produksi di yolk sac.
Kemudian memasuki pertengahan trimester masa gestasi, produksi eritrosit diambil alih oleh hati (organ utama produksi eritrosit), limpa dan kelenjar limfe. Setelah itu, kira-kira selama sebulan terakhir kehamilan dan sesudah lahir, eritrosit hanya diproduksi di sumsum tulang.
Ciri – Ciri Eritrosit
- Mempunyai rupa yaitu bulat pipih yang di bagian tengahnya cekung atau bikongkaf
- Tidak mempunyai inti sel
- Mempunyai warna merah karena mengandung hemoglobin
- Umur sel darah merah kurang lebih 120 hari
- Sel darah merah mempunyai jumlah 4-5 juta sel/mm3 darah
- Sel darah merah mempunyai diameter 7-8 um dan ketebalan 1-2 um
- Sel darah merah mempunyai sifat elastic
Fungsi Eritrosit
- Mengalurkan atau menyebarkan darah yang banyak mengandung oksigen (O2) dari paru-paru ke semua jaringan tubuh.
- Sebagai dapar asam basa yang baik untuk seluruh darah
- Eritrosit memiliki kandungan enzim karbonik anhidrase, yakni enzim yang memiliki fungsi sebagai peningkat kecepatan dalam mengatalisis reaksi reversibel antara karbondioksida (CO2) dan air (H2O) untuk membuat asam karbohidrat (H2CO3) dengan beribu kali lipat.
- Hemoglobin (Hb) sebagai substansi eritrosit mempunyai peranan dalam penangkal patogen atau bakteri melalui proses lisis dengan mengeluarkan radikal bebas yang dapat meleburkan membran sel patogen dan membuhuh bakteri. Untuk itu, dapat disebut eritrosit memiliki peranan dalam menjaga sistem kekebalan tubuh (antibodi)
- Eritrosit memiliki peranan dalam melebarkan pembuluh darah. Mekanisme tersebut dapat terjadi disebabkan terdapat senyawa S-Nitthrosothiol yang dilepaskan ketika Hemoglobin (Hb) mengalami deogsigenerasi.
Proses Pembentukan Eritrosit
Proses pembentukan eritrosit disebut juga eritropoiesis. Pembentukan eritrosit diregulasi oleh suatu hormon glikoprotein yang disebut eritropoietin. Sel Pertama yang dikenali sebagai rangkaian pembentukan eritrosit ialah proeritroblas, yang dibentuk dari sel-sel stem CFU-E.
Begitu sel proeritroblas terbentuk, sel tersebut akan membelah beberapa kali. Sel-sel baru dari generasi pertama pembelahan tersebut disebut sebagai basofil eritroblas karena dapat di cat dengan warna basa. Sel ini mengandung sedikit sekali hemoglobin.
Pada pembelahan tahap selanjutnya, jumlah hb yang terbentuk lebih banyak dari sebelumnya. Sel yang terbentuk pada tahap tersebut disebut polikromatofil eritroblas. Pata tahap selanjutnya, jumlah Hb yang dibentuk akan semakin banya dan sudah memberikan warna merah pada sel.
Sel tersebut dikenal sebagai ortokromatik eritroblas. Pada generasi berikutnya, sel sudah dipenuhi oleh Hb samapi konsentrasi 34%, nukleus memadat menjadi kecil, dan sisa akhirnya diabsorbsi dan didorong keluar dari sel. Pada saat yang bersamaan retikulum endoplasma direabsorpsi.
Sel pada tahap ini disebut retikulosit, karena masih mengandung sejumlah kecil materi basofilik yang terdiri dari sisa-sisa aparatus golgi, mitokondria, dan sedikit organel sitoplasma lainnya.
Selama tahap retikulosit, sel-sel akan berjalan dari sumsum tulang masuk ke dalam kapiler dengan cara diapedesis (terperas melalui pori-pori membran kapiler).
Materi basofilik yang tersisa dalam retikulosit normalnya akan menghilang dalam waktu 1 sampai 2 hari, dan kemudian menjadi eritrosit matur. Karena waktu hidup retikulosit ini pendek , maka konsentrasinya diantara semua sel darah normalnya sedikit kurang dari 1 persen.
Apabila eritrosit telah berada dalam sirkulasi, maka dalam keadaan normal umur sel darah merah yakni kurang lebih hanya 120 hari.
Sel darah merah yang telah tua menjadi lebih rapuh dan dapat pecah dalam perjalanannya melalui pembuluh darah yang sempit.
Sebagian eritrosit akan pecah di dalam limpa karena terjepit sewaktu melewati pulpa merah limpa dan sebagiannta lagi akan dibongkar di hati.
Hb yang terlepas dari eritrosit akan difagositosis dan dicernakan oleh sel-sel makrofag terutama yang terdapat dalam limpa, hati dan sumsum tulang. Kemudian di hati, hb diubah menjadi zat warna empedu (bilirubin) yang akan ditampung dalam kantong empedu.
Bilirubin ini berfungsi memberi warna pada feses. Zat besi yang ada pada hb diangkut kemudian dilepas dan diangkut kedalam sumsum tulang untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah baru atau disimpan di hati dan jaringan lain dalam bentuk ferritin.
Dalam tahapan pembentukan eritrosit, kadar O2 di udara, hormon eritopoietin, protein, cobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe) dan vitamin B12 penting diperhatikan karena merupakan faktor yang dapat mempengaruhi proses tersebut.
Struktur Eritrosit
Struktur sel darah merah (eritrosit) norma yakni tidak mempunyai inti dan bentuknya lempeng bikonkaf dengan garis tengah sekitar 7-8 mikrometer dan tebalnya 2,5 mikrometer, sedangkan dibagian yang sangat tebal dan sekitar 1 mikrometer di bagian tengahnya.
Bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah ketika sel melewati kapiler, tetapi perubahan bentuk itu tidak akan membuat sel mengalami ruptur.
Hal tersebut dikarenakan dalam kondisi norma, sel darah merah mempunyai kelebihan membran sel untuk menampung zat didalamnya menjadikan tidak akan meregangkan membran secara hebat.
Dalam sel darah merah (eritrosit) ada hemogrobin (Hb), substansi hemoglobin (Hb) tersebut yang membuat warna merah pada darah.
Jumlah rata-rata sel darah merah pada setiap orang adalah 90-95 mikrometer kubik, sedangkan jumlah sel darah merah sangat tergantung dari jenis kelamin dan dataran tempat tingagl seseorang.
Pada pria normal, volume rata-rata sel darah merah per mikrometer kubik adalah 5.200.000 (±300.000) dan di wanita normal 4.700.000 (±300.000). Orang yang tinggal pada dataran tinggi mempunyai jumlah sel darah merah yang lebih besar daripada dengan orang yang tinggal pada dataran rendah.
Semoga bermanfaat dan bisa menambah ilmu pengetahuan bagi para pencari ilmu. Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar